Fokus Kabar (Brebes) - Ada yang unik dalam tradisi lamaran yang digelar oleh warga di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
Prosesi yang biasanya diwarnai penyerahan seserahan dan doa bersama ini, justru diselingi pembacaan puisi atau pantun berbahasa Tegalan yang membuat suasana menjadi hangat dan penuh tawa.
Tradisi lamaran dengan sentuhan budaya lokal ini berlangsung di rumah calon pengantin wanita, Unes Lutfiana binti Syaefullah, warga Desa Sawojajar, Kecamatan Brebes.
Sementara pihak calon pengantin pria adalah Rizal Assidik bin Fathoni Tafsir, asal Desa Pakijangan, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes.
Dalam adat masyarakat Jawa, prosesi lamaran atau "sarahan" merupakan simbol keseriusan dan tanggung jawab dari pihak calon pengantin pria terhadap calon mempelai wanita. Biasanya, kegiatan ini ditandai dengan penyerahan barang-barang dan bingkisan sebagai lambang niat menafkahi.
Namun kali ini, prosesi lamaran tersebut terasa berbeda. Setelah sambutan dari kedua belah pihak dan lamaran dinyatakan diterima, calon pengantin pria Rizal Assidik melakukan sujud syukur di hadapan keluarga besar dan para tamu yang hadir. Momen itu pun disambut haru dan bahagia.
Suasana kemudian berubah ceria ketika salah satu perwakilan pihak calon pengantin pria, Rini Anggraeni, tampil membacakan puisi atau pantun dalam logat khas Brebesan. Berikut salah satu baitnya:
Mba Unes luruh semilire angin,
Lanjut nonton Upin Ipin,
Sadurunge Unes olih mas kawin,
Rizal teka pan nglamar ndingin.
Dan disusul dengan pantun lainnya yang membuat para tamu tertawa sambil berseru "cakep!" di setiap baitnya:
Tuku tawas ning Yu Ranes,
Mangan tape karo gorengan,
Wis lawas Rizal seneng Unes,
Akhire nyanding ning dina lamaran.
Budayawan Pantura Atmo Tan Sidik, yang juga kerabat dari pihak calon pengantin pria, mengatakan bahwa tradisi lamaran dengan diselingi pembacaan puisi ini sengaja dikemas secara ringan dan penuh humor agar suasana tidak kaku.
"Kami ingin prosesi ini tidak hanya sakral, tapi juga hangat dan menghibur. Dengan puisi-puisi berbahasa Tegalan, silaturahmi antar dua keluarga jadi lebih akrab dan cair," ujarnya.
Atmo Tan Sidik juga menyampaikan harapannya agar setelah menikah nanti, pasangan Rizal dan Unes menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah ,yakni rumah tangga yang penuh ketenangan, cinta kasih, dan dirahmati Allah SWT.
Usai prosesi lamaran, para tamu menikmati hidangan yang telah disediakan, kemudian membawa pulang brekat atau bingkisan khas Brebes, yang bermakna berkah atau barokah.
Tradisi sarahan bernuansa budaya seperti ini tidak hanya memperindah momen lamaran, tetapi juga menjadi bentuk pelestarian nilai-nilai lokal yang sarat makna dan keceriaan.
( Als )





