Ratu Oriana Lesminingpuri, Keuletan dan Cinta Seni Tradisional Cirebon Menginspirasi Berdirinya Sanggar Sinar Surya di Negeri Paman Sam -->

Ratu Oriana Lesminingpuri, Keuletan dan Cinta Seni Tradisional Cirebon Menginspirasi Berdirinya Sanggar Sinar Surya di Negeri Paman Sam

Fokus Kabar
Saturday, October 11, 2025 Last Updated 2025-10-11T04:15:05Z

Fokus Kabar (Cirebon)
- Kisah dedikasi terhadap seni tradisional Cirebon kini menembus batas benua berkat sosok Prof. Erick North dan Ratu Oriana Lesminingpuri, pasangan yang memadukan cinta budaya dan ketekunan dalam melestarikan warisan seni Nusantara di Amerika Serikat.


Perjalanan panjang Prof. Erick North berawal saat ia datang ke Indonesia sekitar tahun 1976. Kecintaannya terhadap seni tradisional membawanya berkelana ke berbagai daerah seperti Bali, Yogyakarta, Solo, dan Bandung untuk mendalami aneka bentuk kesenian Nusantara.

Ketika berada di Bandung, ia bertemu dengan Enoch Atmadibrata, Kepala Dinas Kebudayaan, yang kemudian memperkenalkannya pada kekayaan seni karawitan khas Cirebon.


Enoch menyarankan agar Erick North belajar langsung kepada maestro besar Pangeran H. Yusup Dendabrata, budayawan, guru besar, sekaligus Pangeran Patih Keraton Kacirebonan yang dikenal sebagai pengabdi sejati seni karawitan Cirebon.


Saran itu baru terwujud pada tahun 1982, ketika Erick North bertemu langsung dengan Pangeran Yusup di Cirebon. Pertemuan tersebut menjadi titik balik dalam hidupnya. Ia diterima sebagai murid sekaligus pengabdi seni di bawah bimbingan sang maestro. Dari sinilah tumbuh kecintaannya yang mendalam terhadap karawitan Cirebon—seni musik tradisi yang sarat makna spiritual dan filosofi kehidupan.

Berkat ketekunan dan pengabdiannya, Prof. Erick North berhasil menguasai karawitan Cirebon dan kemudian mendirikan Sanggar Sinar Surya di Santa Barbara, California, Amerika Serikat. Sanggar ini menjadi pusat pembelajaran seni tradisional Cirebon bagi masyarakat Amerika dan komunitas internasional, menghadirkan nuansa Cirebonan di Negeri Paman Sam.

Selain sebagai seniman, Prof. Erick North juga dikenal sebagai Guru Besar di Universitas California Santa Barbara (UCSB) pada bidang Etnomusikologi. Ia membuka kelas gamelan Cirebon dan memperkenalkan ragam instrumen serta filosofi karawitan kepada mahasiswa dari berbagai negara.

Dalam wawancara eksklusif bersama www.Fokuskabar.com melalui pesan WhatsApp milik Elang Iyan Ariffudin Dendabrata, budayawan sekaligus putra almarhum P.H. Yusup Dendabrata, Prof. Erick North berbagi kisah dan pandangannya seputar perjalanan seni yang telah dijalaninya selama puluhan tahun.

"Waktu saya masih mahasiswa di Universitas California San Diego pada tahun 1971, saya pertama kali mendengar gamelan. Saya sangat terkesan dan langsung mulai belajar. Sebelumnya saya sudah mengenal berbagai musik tradisional dunia, dari Hawaii, Irlandia, India Selatan, hingga Turki. Tapi tidak ada musik yang mampu mempesona hati saya seperti gamelan," ujar Prof. Erick North.

"Saya pernah belajar berbagai gaya gamelan, Bali, Sunda, Malaysia, Jawa Tengah, tapi ketika datang ke Cirebon tahun 1976, saya langsung jatuh cinta. Bukan hanya pada gamelannya, tapi juga seni Topeng, Wayang Wong, Wayang Cepak, Tarling, Batik, Lukisan Kaca, hingga Ukiran Kayu. Semua memiliki pesona luar biasa yang terasa hidup," tuturnya.

Erick pertama kali bertemu Pangeran H. Yusup Dendabrata pada tahun 1981 di Keraton Kacirebonan, saat sang maestro menjabat sebagai Lurah Seni sekaligus Pangeran Patih.

"Beliau mendorong saya untuk belajar dan mendokumentasikan lima jenis gamelan Cirebon: Gong Renteng, Denggung Cirebon, Gong Sekati, Gamelan Prawa, dan Gamelan Pelog. Tidak hanya musik, beliau juga mengajarkan saya seni ukir, batik, lukisan kaca, sejarah, dan filosofi budaya Cirebon," kenangnya.

Selama masa belajar, rumah Pangeran Yusup Dendabrata di Keraton Kacirebonan menjadi pusat kegiatan seni bagi Erick North. Bahkan setelah kembali ke Amerika, komunikasi dan pembelajaran terus berlanjut melalui surat dan rekaman yang dikirim sang guru.

Dari dedikasi itu, Erick North mendirikan sanggar "Sinar Surya", menulis notasi klasik karawitan Cirebon, dan merilis tujuh album CD yang merekam keindahan gamelan Cirebon.

Dalam pandangan Prof. Erick North, Ratu Oriana Lesminingpuri, yang akrab disapa Nok Orin, merupakan penerus sejati semangat seni keluarga Dendabrata.


"Ratu Oriana adalah cucu dari almarhum Pangeran H. Yusup Dendabrata. Sejak kecil ia sudah menunjukkan bakat luar biasa. Selain cemerlang di sekolah, Nok Orin rajin belajar seni budaya Cirebon. Ia bisa memainkan gamelan sakral Denggung di Keraton Kacirebonan, dan sangat ahli dalam tari Topeng Cirebon.


Setiap kali ia menarikan Topeng Panji, suasana jadi mengharukan. Ia membuat keluarga besar Keraton bangga," ujar Prof. Erick North.

Ratu Oriana sendiri kini masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Sejak kecil hingga remaja, kecintaannya terhadap seni tradisional Cirebon tak pernah pudar.

Ia tumbuh dengan cita-cita ingin memiliki sanggar sendiri, meneruskan semangat dan dedikasi seni dari sang kakek tercinta, almarhum Pangeran H. Yusup Dendabrata.

"Melihat Prof. Erick North yang berasal dari negeri paman Sam  saja bisa mencintai dan menguasai seni Cirebon, saya merasa bangga. Saya juga harus bisa, karena ini adalah warisan leluhur " tutur Ratu Oriana penuh semangat.

Kini, berkat keuletan Ratu Oriana Lesminingpuri bersama Prof. Erick North, Sanggar Sinar Surya menjadi jembatan budaya antara Cirebon dan dunia internasional.

Melalui pelatihan gamelan, tari topeng, dan berbagai kegiatan seni lainnya, mereka membuktikan bahwa warisan leluhur Cirebon mampu bersinar di panggung global.

"Cirebon memiliki seni yang begitu dalam. Gamelan bukan hanya musik, tapi juga sarana syiar agama dan cermin filosofi kehidupan para wali," tutup Prof. Erick North.

Santa Barbara, California – 10 Oktober 2025

Liputan khusus
Reporter: Ali. S
Redaksi: www.fokuskabar.com
Narasumber: Prof. Erick North

Komentar

Tampilkan

Terkini