Fokus Kabar (Cirebon) - Keraton Kacirebonan, salah satu warisan budaya di Kota Cirebon, memiliki pintu kehormatan yang sarat makna, yakni Gapura Kahagung. Pintu ini menjadi jalur utama keluar masuk Sultan, para tamu kehormatan, sekaligus akses bagi wisatawan yang berkunjung ke lingkungan keraton.
Gapura Kahagung terletak sebagai pintu kedua setelah Gapura Semar Tinandu yang menghadap Jalan Pulasaren. Dibangun dengan penuh estetika, gapura ini dihiasi ornamen ukiran khas Cirebon yang menyimpan nilai filosofi mendalam.
Ketua Unit Kepurbakalaan Keraton Kacirebonan, E. Iyan Ariffudin Dendabrata, menjelaskan bahwa makna dari gapura ini adalah simbol permohonan ampun kepada Allah SWT. "Gapura Kahagung filosofinya Ghofurur Rohim, memohon ampunan kepada Allah SWT yang Maha Agung," ujarnya.
Ukiran yang tersemat pada gapura memperlihatkan kekayaan motif Cirebon. Motif wadasan melambangkan pondasi kehidupan yang harus kokoh seperti karang, sedangkan mega mendung merepresentasikan keagungan hubungan manusia dengan Sang Pencipta (hablum minallah) serta hubungan antar sesama (hablum minannas).
Tak hanya itu, terdapat pula lambang Kesultanan Kacirebonan, yakni luji atau telu dadi siji dalam ajaran tarekat Satariyah, yang berarti iman, Islam, dan ihsan. Sementara itu, motif pandan wangi menghadirkan pesan filosofis: ketika manusia telah menunaikan kewajibannya terhadap sesama makhluk, ia akan menjadi harum dan wangi, menuju derajat insan kamil.
"Harapan ke depan, kita semua bisa meneladani nilai-nilai luhur dari setiap motif ukiran Cirebon yang ada di Gapura Kahagung. Pintu ini bukan sekadar gerbang, melainkan juga simbol penuh makna dan filosofi kehidupan," tambah E. Iyan Ariffudin Dendabrata.
Kini, Gapura Kahagung tidak hanya berfungsi sebagai pintu masuk dan keluar, tetapi juga menjadi salah satu daya tarik wisata budaya yang mengajarkan nilai religius, sosial, serta spiritual bagi setiap pengunjung yang melintasinya.
( Als )