Fokus Kabar (Cirebon) - Dari sejak duduk di bangku Taman Kanak-kanak hingga beranjak dewasa, kecintaan Ratu Dini terhadap seni tradisi Cirebon tak pernah padam. Lahir dari keluarga Keraton Kasepuhan, darah seni dan budaya memang sudah mengalir kuat dalam dirinya. Namun, yang membuat perjalanan Ratu Dini berbeda adalah keseriusannya menekuni jalan ini hingga akhirnya mendirikan sanggar seni sendiri yang ia beri nama Sanggar Sawo Kecik, berlokasi di Kampung Mamdalangan, Kota Cirebon.
“Dari kecil memang saya sudah terbiasa dengan seni. Awalnya hanya ikut-ikut, lama-lama jatuh cinta dan tekun. Dukungan orang tua menjadi semangat besar saya untuk terus belajar dan akhirnya mendirikan sanggar,” ujar Ratu Dini.
Perjalanan Ratu Dini tidak instan. Ia sempat melanglang buana dalam berbagai pementasan seni, baik di Kota Cirebon maupun luar daerah. Pengalaman itu semakin mengasah kemampuannya, sekaligus membangun jejaring seni yang luas.
Kini, Sanggar Sawo Kecik bukan sekadar ruang latihan. Selain mengajarkan tari tradisi Cirebon dan tabuh gamelan, sanggar ini juga membuka kelas Hadroh, sebuah bentuk seni musik Islami yang dekat dengan masyarakat.
Ratu Dini tak menampik bahwa keberhasilannya membangun sanggar tak lepas dari dukungan penuh orang tua dan lingkungan sekitar. “Saya bersyukur, keluarga dan masyarakat memberi ruang bagi saya untuk terus berkarya. Apalagi di era digital ini, mempublikasikan karya jauh lebih mudah dibandingkan dulu,” katanya.
Sanggar Sawo Kecik kini telah memiliki siswa dari berbagai kalangan. Bagi Ratu Dini, hal itu menjadi bukti bahwa seni tradisi masih punya tempat di hati masyarakat, asalkan ada yang serius melestarikan.
“Ini bukan sekadar melatih tari atau musik, tapi menjaga warisan leluhur agar tetap hidup. Generasi muda harus tahu, seni tradisi Cirebon adalah identitas kita,” tegasnya.
Dengan semangatnya, Ratu Dini menjadi salah satu sosok muda keraton yang membuktikan bahwa seni tradisi bisa tetap eksis di tengah arus modernisasi.
(Als)